Sungguh sebuah anugrah tak ternilai saya bisa dilahirkan di Indonesia yang memiliki berjuta keelokan alam beraneka ragam dimulai dari seni budayanya, kekayaan bahari nan eksotik, jalur cincin apinya yang apik dengan pesona perkasanya namun menawan. Memulai petualangan seru setelah cuti beberapa bulan dari hobby traveling dengan budget murah begitu memicu semangat yang menggebu-gebu. bersama beberapa orang teman, saya pun pergi ke sebuah daerah di selatan Jawa Timur bernama "Pacitan".
Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pintu gerbang bagian barat dari Jawa Timur dengan kondisi fisik pegunungan kapur selatan yang membujur dari Gunung Kidul ke Tringgalek menghadap ke Samudera Indonesia. kondisi fisik alamnya sebagian besar terdiri dari perbukitan yaitu kurang lebih 85 % berupa gunung-gunung kecil lebih kurang 300 buah menyebar di seluruh wilayah kabupaten, sedang selebihnya merupakan dataran rendah.
Memulai perjalanan dari kota Jogjakarta dengan menyewa sebuah Elf dan 1 mobil Avanza dengan tujuan pertama kami adalah ke Goa Gong lalu melanjutkan perjalanan ke Pantai Klayar. Melewati daerah Wonosari dimana sepanjang perjalanan ini yang tersaji hanyalah bukit-bukit tandus, kemungkinan karena memang baru memasuki musim kemarau dimana pohon-pohon jati mulai meranggas menggugurkan daunnya. Dengan memakan waktu kurang lebih 3 jam kami pun tiba di tempat tujuan pertama kami "Goa Gong".
Goa ini terletak di area pegunungan, tepatnya di dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 KM ke arah barat Kota Pacitan, dimana Goa Gong ini dikelilingin oleh beberapa deretan gunung, diantaranya : Gunung Mayar, Gunung Gede, Gunung Karang Pulut dan Gunung Gugrah.
Sejarah penemuan Gua Gong sendiri terjadi secara tidak sengaja. Alkisah, pada suatu ketika terjadi musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga di Dusun Pule terjadi kekeringan. Air sangat sulit untuk diperoleh. Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo berinisiatif untuk mencari air ke dalam gua yang ada di tempat itu. Dengan menggunakan obor yang terbuat dari daun kelapa kering yang diikat, mereka mencoba menelusuri lorong-lorong gua. Setelah menghabiskan tujuh ikat obor, mereka menemukan beberapa sendang dan mandi di dalamnya. Penemuan itu terjadi sekitar tahun 1930.
Sejak saat itulah Goa ini menjadi terkenal. Dengan membayar restribusi kurang lebih Rp. 5000; per orang kami pun langsung menuju Goa Gong, sepanjang perjalan menuju mulut Goa kami menikmati pemandangan yang tersajikan sepanjang jalan yang sedikit menanjak. Deretan kios pedagang makanan khas daerah dan kios-kios souvenir. Juga para penjaja penyewa alat penerang senter untuk didalam Goa nantinya seharga Rp. 3.000; dimana mereka juga menawarkan jasa untuk menjadi guide.
Memasukin mulut Goa Gong kami langsung disambut sebuah pemandangan yang sungguh luar biasa indahnya, sangat menakjubkan. Terus memasuki sampai kedalam perut Goa sejauh 300 meter ke bawah telah disediakan jalur-jalur khusus bagi para pengunjung berupa anak tangga dilengkapi pembatas yang dapat digunakan sebagai petunjuk arah.
Goa Gong sangat jauh dari kesan gelap dan mistis. Karena Goa Gong telah dilengkapin fasilitas penerang berupa lampu-lampu yang cukup membuat jelas pandangan. Selain itu untuk mengantisipasi panas di dalam Goa juga telah disediakan beberapa kipas angin berukuran besar supaya kondisi hawa dalam goa tidak pengap.
Di dalam Goa Gong terdapat 7 titik pemberhentian, batuan pembentuknya terdiri dari beberapa jenis batuan seperti karst, marmer dan kristal. Terdapat beberapa stalagtit dan stalagmit yang telah menyatu dan menjadi semacam penyangga goa, yang paling menakjubkan di dalam adalah adanya penyangga yang sangat besar yang bentuknya menyerupai tirai. Dan bayangkan bahwa diperlukan waktu 10 tahun untuk setiap 1 cm pertambahan stalagtit maupun stalagmit.
Karena masih penasaran mengapa Goa ini dinamakan Goa Gong, kamipun masih terus memasuki lorong-lorong yang diselang-selingi dengan tirai tipis batuan yang konon akan menimbulkan kekaguman saat mencoba mengetuknya. Menurut cerita orang maka akan terdengar suara berdengung, yang menggema di seantero lorong. Rupanya inilah sebab mengapa goa ini disebut Gong. Karena tiap kita memukul bagian ornamen di dalamnya, akan terdengar suara berdegung, mirip suara yang dihasilkan gong gamelan kesenian khas Jawa.
Goa Gong sungguh sebuah mahakarya yang sangat mengagumkan dari Tuhan untuk mendekorasi semestaNya. Goa Gong ini merupakan goa dengan stalaktit dan stalagmit yang paling indah di Asia Tenggara. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh beberapa penduduk yang juga merupakan guide Goa Gong ini, mereka mendapatkan informasi dari beberapa peneliti yang datang ke Goa Gong. Setelah kami puas menyusuri Goa Gong kami pun melanjutkan perjalanan ke "Pantai Klayar" tujuan kedua kami.
0 komentar:
Posting Komentar